Hakikat Manhaj Salaf (Bag. 1)
Manhaj salaf adalah solusi dari perpecahan umat
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa akan terjadi perpecahan dalam umat ini sebagaimana hal ini telah terjadi pula pada umat-umat sebelumnya. Kita wajib untuk berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
“Orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Adapun umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)
Baca Juga: Hakikat Manhaj Salaf (Bag. 1)
Disebutkan dalam riwayat lain,
كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan yang ditempuh olehku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Sesungguhnya barangsiapa yang nanti hidup setelahku, maka dia akan melihat terjadinya perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, berpeganglah kalian kepada sunahku dan sunah Al-Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk (Al-Mahdiyyin). Gigitlah ia (sunahku tersebut) dengan gigi geraham, dan tinggalkanlah oleh kalian perkara-perkara baru dalam agama karena sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)
Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada kita untuk berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh beliau dan para sahabatnya ketika terjadi perselisihan dan perpecahan, karena hal ini pasti akan terjadi dan sudah terjadi seperti yang sudah dikabarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jalan keselamatan adalah berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh Rasul dan para sahabat. Ini adalah golongan yang selamat dari neraka, sedangkan golongan yang lain berada di neraka sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Oleh karena itu, mereka disebut (الفرقة الناجية) dan (أهل السنة والجماعة), yaitu golongan yang berbeda dengan yang lain karena senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun selainnya adalah golongan yang sesat, meskipun mereka mengaku golongan umat ini, karena jalan yang mereka tempuh menyelisihi Rasul dan para sahabatnya. Ini adalah nasihat dan penjelasan yang lengkap dan sempurna dari Nabi shallalllahu ‘alaihi wasallam kepada kita semua.
Manhaj salaf adalah pengikut Nabi dan para generasi terbaik
Metode yang mereka tempuh sangat jelas, yaitu mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan cara beragama yang telah dijalani pendahulu umat ini dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in yang merupakan tiga generasi utama. Hal ini disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah terlewatinya masa tiga generasi utama, mulailah terjadi perpecahan dalam umat ini. Akan tetapi, barangsiapa berjalan di atas cara beragama yang sudah ditempuh oleh tiga generasi utama umat ini, maka meskipun dia berada di zaman akhir kehidupan dunia ini, maka dia tetap akan menjadi golongan yang selamat. Allah Ta’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan merekapun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.“ (QS. At-Taubah: 100)
Dalam ayat di atas Allah memberikan jaminan surga bagi orang yang senantiasa mengikuti sahabat muhajirin dan anshar dengan baik. Perlu dicatat di sini, yaitu mengikuti mereka dengan baik (بِإِحْسَانٍ), yaitu mengikuti mereka dengan baik dan sempurna. Tidak hanya sekadar kalimat dan pengakuan tanpa realisasi sama sekali, baik itu karena kebodohan atau mengikuti hawa nafsu. Tidak semua yang mengaku mengikuti generasi salaf benar dalam pengakuannya, sampai dia betul-betul sempurna dalam mengikutinya dengan baik, karena ini adalah syarat yang Allah sebutkan dalam ayat. Maksudnya adalah mengikuti dengan baik dan sempurna. Inilah yang dituntut dari mengikuti dan mempelajari manhaj salaf, yaitu mempelajarinya dan kemudian berpegang teguh dengannya. Adapun yang sekadar mengaku mengikuti salaf, namun tidak mengenal hakikat manhaj salaf atau mengetahuinya namun tidak mau berjalan di atasnya, maka hal ini tidak teranggap dan sama sekali tidak bermanfaat. Mereka bukanlah salafi, karena tidak mengikuti salaf dengan baik seperti yang Allah persyaratkan.
Barangsiapa yang mengikuti manhaj salaf, maka harus terpenuhi dua hal: (1) mengenal manhaj salaf itu sendiri, dan (2) berpegang teguh dengannya dan siap menerima apapun risikonya, karena dia akan menghadapi gangguan dengan para penyelisih serta akan mendapat berbagai cemoohan dan gelaran buruk. Dia hendaknya bersabar dengan itu semua dan yakin dengan jalan yang sudah ditempuhnya. Berbagai gangguan dan fitnah tidak ada yang bisa menggoyahkan dirinya sampai dia berjumpa dengan Rabbnya.
Hendaknya kita mengenal manhaj salaf dengan benar terlebih dahulu, kemudian berusaha mengikuti dan berpegang teguh dengannya, kemudian bersabar dengan fitnah yang dilontarkan banyak manusia. Tidak cukup sampai di sini, akan tetapi hendaknya juga mendakwahkan dan menyebarkan manhaj salaf serta menjelaskannya kepada manusia.
Demikianlah metode mempelajari dan mendakwahkan manhaj salaf. Inilah hakikat salafi. Adapun orang yang sekadar mengaku salafi, maka dia tidak mengenal manhaj salaf, atau mengenal namun tidak mau mengikutinya, atau hanya mengikuti sesuai dengan keinginannya, atau dia tidak mau bersabar dengan berbagai fitnah yang ada. Maka, hakikatnya dia bukanlah salafi meskipun disebut-sebut sebagai salafi.
Yang menjadi acuan bukanlah hanya sekadar pengakuan, akan tetapi berdasarkan hakikatnya. Hal ini mendorong kita untuk menaruh perhatian serius dalam mempelajari manhaj salaf baik dalam akidah, akhlak, amal, dan semuanya yang merupakan metode beragama yang telah ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya serta para pengikutnya sampai datangnya hari kiamat. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menegakkan agama Allah, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menyia-nyiakan dan menyelisihi mereka hingga datang ketetapan Allah sementara mereka senantiasa berada dalam keadaan demikian.” (HR. Bukhari)
Sabda Nabi ( لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ ) menunjukkan bahwa akan ada yang meninggalkan dan menentang mereka. Akan tetapi, mereka tidak memperdulikan hal itu, bahkan mereka tetap menempuh jalan menuju Allah dan bersabar atas musibah yang menimpa mereka. Hal ini sebagaimana perkataan Lukman kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ أَقِمْ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“ (QS. Luqman: 17)
Baca Juga: Kekuatan Ikhlas dan Potret Ulama Salaf dalam Keikhlasan
Manhaj salaf adalah satu-satunya jalan keselamatan
Ini adalah manhaj salaf dan merupakan ciri khas dan sifat mereka. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.“ (QS. Al-An’am: 153)
Allah Ta’ala menisbatkan jalan keselamatan kepada diri-Nya, yang menunjukkan kemuliaan jalan ini dan orang-orang yang berjalan di atasnya. Jalan Allah Ta’ala adalah jalan yang lurus, sementara di sana banyak jalan lain yang menyimpang dari manhaj salaf. Maka, ikutilah manhaj salaf agar kalian menjadi orang yang bertakwa, yakni yang senantiasa takut kepada Alah, dan takut terjerumus dalam kesesatan, syubhat, dan jalan yang menyimpang.
Perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala menjadikan jalan-Nya hanya satu saja, sementara jalan yang menyimpang banyak jumlahnya. Jalan Allah hanya satu, di mana tidak ada perpecahan, tidak berbilang, tidak ada kebengkokan, dan tidak ada perselisihan. Adapun jalan kesesatan ada banyak dan tidak bisa terhitung. Setiap orang menciptakan jalan untuknya, dan diikuti oleh banyak orang.
Jika mengikuti banyak jalan tersebut, apa yang akan didapatkan? Niscaya kalian akan keluar dari jalan Allah dan terjerumus dalam kegelapan dan kesesatan. Tidak ada jalan keselamatan, kecuali dengan berpegang teguh dengan shiratal mustaqim yang merupakan jalannya Allah. Adapun selainnya adalah jalan-jalan kesesatan yang terdapat setan untuk mengajak ke jalan tersebut. Waspadalah terhadap hal ini, jangan sampai tertipu dengan banyaknya pelanggar, dan kita tidak peduli dengan propaganda dan celaan mereka. Kita tidak boleh beralih ke sana, namun harus tetap berjalan di atas jalan Allah dengan petunjuk ilmu yang benar.
[Bersambung]
Baca Juga:
- Fatwa Ulama: Siapa Itu Salafi?
- 10 Kaidah dalam Mensucikan Jiwa (Bag. 12): Nasihat Ulama Salaf Tentang Penyucian Jiwa
***
Penulis: dr. Adika Mianoki, Sp.S.
Artikel asli: https://muslim.or.id/80012-hakikat-manhaj-salaf-bag-1.html